01 September 2016

Muqoddimah Tentang Bendera Offside

Gambar percobaan bendera-offside dari mbak-mbak semlohay.
Dari ide gila yang tercetus di malam hari di wilayah Gegerkalong, tiba-tiba saja saat saya membuka mata di pagi harinya, blog abal-abal, hamblah-hamblah, bernama Bendera Offside ini tercipta. Lalu, rekan saya yang katanya berinisial Zakky BM ini pun menyarankan kepada saya agar membuat sebuah Muqoddimah tentang Bendera Offside ini. Waduh!

Woy Zak gua sibuk nih. Seenaknya aja lu nyuruh gua bikin Muqoddimah. Asem. Tapi, ya, tidak apa-apa. Lu terima jadi aja ya, gan, muqoddimah gua ini. Kalo lu berani utak-atik awas lu. Hehehehe...

Hah, muqoddimah. Muqoddimah kan artinya pembukaan/kata pengantar, berarti gua harus bikin kata pengantar buat blog ini dong. Hmm, seperti membuat buku saja. Tapi, yah, tidak apa-apa. Semoga saja nanti, bukan hanya kata pengantar blog ini saja yang kutulis, tapi kata pengantar buku-buku kenamaan.

Hmm, bendera offside yah. Kalau dipikir-pikir, nama yang muncul begitu saja saat dua orang sengklek berbincang-bincang di sebuah kafe, membicarakan tentang kehidupan yang tanpa ujung ini tak memiliki filosofi sama sekali. Tapi ah, tunggu dulu. Setelah dipikir-pikir, ternyata ada sebuah makna dalam di balik bendera offside ini.

Alkisah dalam sebuah pertandingan sepakbola, ada satu tim yang sedang menyerang. Tim tersebut menyerang dengan begitu rapi, dengan umpan-umpan pendek disertai pergerakan pemain yang mengalir begitu cair. Permainan dambaan semua orang, termasuk pelatih berlisensi KNVB itu. Tak terasa, umpan-umpan pendek sudah membawa tim tersebut mendekati tim lawan.

Namun, seketika tim yang menyerang rapi tersebut akan melanjutkan serangan, hakim garis yang berada di pinggir lapangan mengibarkan bendera pertanda salah satu pemain mereka, saat diberikan umpan, berada dalam posisi offside. Kesal? Tentu. Sebel? Sudah pasti. Tapi mereka tak bisa mengelak dari peraturan yang sudah dibuat FIFA sejak zaman dahulu kala ini. Serangan rapi mereka, permainan cantik yang mereka peragakan terhenti karena sebuah kibaran bendera bernama bendera offside.

Rasa sebal pemain yang terjebak offside ini mungkin sama halnya dengan rasa sebal orang kebanyakan saat berbicara tentang hal yang berkenaan dengan sepakbola. Sepakbola sekarang ini bukan hanya terpatok pada apa yang terjadi selama 90 menit di atas lapangan. Orang-orang perlahan mulai mengalihkan pandangan mereka kepada hal-hal di luar sepakbola, utamanya setelah muncul esais-esais bal-balan kenamaan semisal Zen RS ataupun Romo Sindhunata, yang berani mengait, menyilang-sengkarutkan sepakbola dengan hal-hal lain yang, ternyata memang nyambung.

Apalagi, setelah kemunculan media-media daring sepakbola anti-mainstream semisal Pandit Football ataupun Football Fandom, ataupun blog-blog ajib yang menceritakan sepakbola dari sudut pandang yang lain seperti Belakang Gawang, sepakbola tidak lagi hanya dilihat sebagai sebuah permainan yang melibatkan 22 orang di dalam lapangan. Sepakbola adalah bagian dari kehidupan, kalau kata Bill Shankly, lebih penting dari sekadar urusan hidup dan mati. Berat.

Tapi, meski sepakbola sekarang sudah mencakup aspek kehidupan yang lebih luas, tetap saja selalu ada pengibar-pengibar bendera offside yang berusaha untuk membuat sepakbola tetap menjadi sepakbola, tak melulu berkaitan dengan aspek-aspek yang lain. Hal ini begitu lazim dirasakan oleh orang-orang awam, kala mereka tidak bisa berbicara banyak mengenai sepakbola karena banyak pengibar bendera offside di sekitar mereka. Pelatih berlisensi KNVB itu misalkan. Sad...

Bergerak dari kerisauan akan hal tersebut, dan karena kami juga merasa bahwa kami ini orang-orang awam perihal sepakbola, maka, kami memutuskan untuk menciptakan blog hamblah-hamblah dan tidak jelas ini. Kami ingin bahwa, pendapat kami mengenai sepakbola di sekitar kami tidak dibatasi oleh bendera offside yang terkibar dari lengan orang lain.

Kami, sebagaimana para pundit yang kerap berkomentar di TV (kesukaan saya Binder Singh loh. Seriusan), juga ingin berkomentar perihal sepakbola yang sekarang sudah begitu luas dan tidak terpatok pada 100 m x 75 m saja. Kami juga ingin berkelakar mengenai sepakbola tanpa terhalangi oleh sekat-sekat tertentu, karena berdasarkan UUD 1945 pasal 28, negara ini membolehkan para warganya untuk berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat.

Akhir kata, semoga para pengunjung bendera-offside.blogspot.com ini bisa sedikit terhibur dengan kelakar-kelakar kami mengenai sepakbola. Izinkanlah kami di sini, menjadi pengibar bendera offside kami sendiri. Berpendapat dengan gaya dan ciri khas kami sendiri, meski kami awam yang, bahkan belum memiliki lisensi kepelatihan sama sekali.

Selamat menikmati isi-isi dari blog kami, dan semoga kalian terhibur, atau pun tercerahkan (saya yakin tidak) dengan kelakar-kelakar dari kami di blog ini.

Shalom dari wilayah Gegerkalong Girang

SF dan BM





No comments:

Post a Comment