Helow guys, Alhamdulillah akhirnya saya, Sandy Firdaus alias Turbo alias Sonay alias @sandi1750 bisa kembali memiliki waktu untuk mengisi blog yang sekarang sudah penuh oleh tulisan yang sifatnya hamblah-hamblah dan penuh dengan curhatan hati yang tidak penting ini. Namun meski tidak penting, saya beserta Zakky BM sebagai kontributor kedua di blog ini Inshaa Allah akan tetap berusaha untuk mengisi blog ini dengan tulisan-tulisan SARAT makna agar hidup pembaca semakin berwarna.
Okee, tanpa banyak lama langsung saja simak dengan seksama, boleh ditemani dengan kopi hitam plus rokok Gudang Garam Signature satu bungkus (bagi lah, euy) agar suasana lebih syahdu dan penuh ke-enjoyan-an yang HQQ.
Cekidot!
***
Sebelum menghayati tulisan yang akan saya tulis dengan sepenuh hati dan segenap jiwa ini, silakan hayati (bukan Hayati lelah, abang atau Hayati dalam film Tenggelamnya Kapal Van der Wijck ya) lagu yang akan saya bagikan lewat tautan dari Youtube ini (kalem bukan videonya YoungLex ataupun Rich Chigga Richeese Nabati koq!).
Gimana? Sedih gak lagunya? Kalau saya dulu pertama kali denger langsung nangis loh, seriusan. Jis, ga nyangka Blink 182, band pop-punk itu bisa bikin lagu kaya gini, meski sebenarnya lagu mereka
yang berjudul What Went Wrong yang menjadi track tambahan dalam album Take Off Your Pants and Jacket yang rilis pada 2001 pun tidak kalah syahdu dan sendunya.
Lagu ini, lagu yang berjudul Boxing Day, (kok rasanya pernah dengar ya istilah ini) merupakan bagian dari EP Dogs Eating Dogs yang dikeluarkan pada 2012 silam, atau dua tahun setelah keluarnya album Neighborhoods. Jika Anda mendengarkannya dengan seksama, sembari mengartikan lirik lagu itu secara baik dan benar dan tidak ngasal, maka Anda akan mendapati kesenduan dalam lagu tersebut. Kesenduan yang diakibatkan oleh seorang anak manusia (teuing lalaki, teuing awewe) yang ditinggalkan oleh kekasihnya. Menariknya lagi, kekasihnya meninggalkannya sehari setelah hari Natal, seperti yang tercermin dalam lirik lagu dalam reff nya.
I'm empty like the day, after Christmas. Swept beneath the waves of your goodbye.
You left me on the day, after Christmas. There's nothing left to say, and so good night.
Anjir ko tiba-tiba berlinang air mata ya? Kampretttt
Ketika orang-orang merayakan Natal, anak manusia yang ada dalam lagu ini malah bersedih mengingat momen yang terjadi ketika Natal kala kekasihnya pergi meninggalkannya. Lagu ini seolah mencerminkan bahwa Natal bukanlah hari yang selalu berakhir indah. Bagi sebagian orang, Natal mungkin adalah titik ketika perubahan hidup ke arah negatif terjadi, salah satunya adalah dengan ditinggalkan oleh kekasih, hiks!
Hal ini serupa dengan yang terjadi di Inggris. Bukan serupa sih, tapi hampir menyerupai. Jadi hampir mirip dengan apa yang terjadi di Negeri Ratu Elizabeth sana. Hal ini terjadi dalam sepakbola
***
Di Inggris, dalam hal ini pada kompetisi sepakbolanya mulai dari Liga Primer sampai Football League Division Two, ada sebuah laga unik yang kerap dilakukan sehari setelah Natal. Laga unik itu bernama laga Boxing Day, merujuk kepada sebuah tradisi para keluarga kaya Inggris di abad pertengahan yang memberikan hadiah kepada para pekerjanya berupa box (kotak) yang diberikan sehari setelah Natal. Inilah awal mula dari Boxing Day, yang kalau diartikan secara pragmatik memiliki pengertian "hari membungkus hadiah".
Sejak 1860, Boxing Day semakin diramaikan dengan pertandingan sepakbola, dengan laga antara Sheffield dan Hallam. Sampai sekarang, setiap tanggal 26 Desember, 10 pertandingan kerap diselenggarakan secara bersamaan pada 26 Desember. Boxing Day adalah tradisi Natal tersendiri di Inggris dan menjadi sarana berlibur keluarga-keluarga di Inggris.
Arsene Wenger, manajer Arsenal sekaligus manajer yang sudah cukup lama bergelut pada laga Boxing Day, menganggap bahwa laga Boxing Day adalah sesuatu yang menarik, karena bisa menjadi ladang amal pada saat Natal dengan cara memberikan penampilan yang baik.
Namun, bukan berarti tidak ada suara sumbang perihal Boxing Day ini. Michel Platini pernah menyinggung tentang Boxing Day ini dan mengatakan bahwa seharusnya para pemain merayakan Natal dengan keluarganya di rumah, bukan berpeluh keringat bermain sepak bola di lapangan. Selain itu, cukup banyak juga catatan negatif menyertai Boxing Day ini, seperti yang disuarakan oleh Blink 182 dalam lagu yang ia tulis.
Apakah ini perihal ditinggalkan oleh istri dan anak-anak? Apa ditinggalkan oleh kekasih? Bukan, bukan tentang hal itu. Ini tentang hal yang masih berkaitan dengan sepak bola, tepatnya statistik yang menuliskan bahwa Boxing Day menjadi saat yang tepat untuk meninggalkan para pesaing untuk meraih gelar juara liga ataupun lepas dari jerat degradasi. Eh serius?
Sejak tujuh musim terakhir, kecuali Liverpool pada 2013/2014, kesebelasan yang memuncaki klasemen Liga Primer ketika Natal akan menjadi juara pada akhir musim. Hal ini dialami oleh sang juara penuh kejutan, Leicester City, pada musim 2015/2016. Sedangkan kesebelasan yang berada di zona degradasi pada Boxing Day, lazimnya akan menjadi klub yang terdegradasi pada akhir musim, kecuali Sunderland yang selamat di tangan Sam Allardyce.
Jadi, Boxing Day adalah saat yang cukup menentukan di kompetisi Liga Primer ataupun kompetisi lain macam Divisi Championship, Football League One, dan Football League Two. Seperti yang diujarkan Blink 182 dalam lagu Boxing Day, sehari setelah Natal (atau mungkin berlanjut sampai tahun baru) adalah hari yang tepat untuk menciptakan sebuah tanda, apakah sebuah klub akan mulai berlari kencang atau malah tertinggal dari para pesaing.
Oleh karenanya, tak jarang hari-hari Boxing Day pun diisi oleh kesedihan di Inggris, tidak melulu dengan kesenangan merayakan Natal. Seperti yang terjadi di tubuh Liverpool pada 2013/2014. Sedikit goyah saat dan setelah laga Boxing Day, mereka langsung ditinggalkan oleh Manchester City yang menjadi juara di akhir musim (dihiasi kejadian terpeleset Steven Gerrard pada musim tersebut). Kesebelasan-kesebelasan papan bawah pun merasakan hal yang sama, ketika mereka tidak mampu menjadikan Boxing Day sebagai tanda kebangkitan, sehingga akhirnya terjerat oleh degradasi pada akhir musim.
***
Pergi dan melangkah dengan menjadikan sebuah hari atau tanggal sebagai penandanya adalah hal yang lumrah dilakukan. Tidak hanya pada masa tahun baru dengan resolusi-resolusi yang kita ungkapkan, tapi pada hari-hari lain yang juga sifatnya monumental, dapat dijadikan sebagai tanda atau momentum untuk pergi dan meninggalkan. Inilah yang dilakukan oleh anak manusia dalam lagu Boxing Day Blink 182, saat seorang anak manusia berani meninggalkan anak manusia yang lain, mungkin dengan tujuan untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik.
Bagaimana perasaan yang ditinggalkan? Tentu saja sedih tak terkira karena ditinggalkan pasti akan menyisakan sesuatu yang menyesakkan berupa kenangan. Kenangan-kenangan itu akan menghantui pada hari yang menjadi tanda ketika yang meninggalkan memutuskan untuk pergi dari yang ditinggalkan.
Hal ini pula yang terjadi dalam kompetisi sepakbola di Inggris dalam ajang Boxing Day. Kekhususan laga yang hanya terjadi di Inggris ini, laga ini kerap menjadi penanda bagi yang meninggalkan untuk melaju jauh pergi dari yang ditinggalkan untuk tujuan lebih baik, yaitu menjadi juara atau lolos dari jeratan degradasi.
Yah, seperti kata pepatah.com yang dulu pernah saya dengar dan baca dari seseorang, ada sebuah siklus dasar dalam hidup; ketika siap untuk bertemu, siap pula untuk berpisah.
Hiks...
*Oleh: Sandi 'Sonay' Firdaus (@sandi1750)
No comments:
Post a Comment