Halo semua! Bertemu lagi dengan saya Sandy Firdaus a.k.a Sonay sebagai salah satu penulis, kontributor, atau entah apa namanya dari blog yang tak jelas juntrungannya ini. Eh, jelas deng, toh blog ini pada akhirnya membicarakan tentang hal-hal yang berkaitan dengan sepakbola dengan segala tetek-bengek, silang-sengkarut, dan kejadian yang ada di dalamnya. Mohon maaf jika saya lama tidak mengisi konten dari blog ini, Maklum bro kesibukan-kesibukan di luar sana membuat saya tidak berkesempatan untuk mengisi blog ini kembali.
Ehm, oke, cukup basa-basinya. Sekarang saya ingin sedikit kembali ngacablak dalam blog ini. Cuitan saya sekarang akan sedikit berhubungan dengan fenomena yang sempat menjadi tren jelang akhir tahun 2016. Apa itu?
Cekidot!
***
Pada Desember 2016. jagat dunia maya Indonesia diramaikan oleh kemunculan video yang menayangkan sekumpulan anak-anak di pinggir jalan, memegang banner atau spanduk yang terbuat
dari kardus, sembari berteriak "Om telolet om!". Teriakan mereka pun dibalas oleh bus-bus besar yang lewat di jalanan dengan bunyi klakson yang memang berbunyi "Telolet Telolet Telolet". Jika permintaan mereka dibalas oleh bus yang bersangkutan, mereka akan berteriak kegirangan. Jika tidak, siap-siap saja berbagai siulan dan umpatan akan dilayangkan kepada supir bus tersebut.
Berikut isi video yang super-hits tersebut;
Video ini menjadi viral di media sosial, bahkan beberapa figur-figur kenamaan dunia sempat bercuit perihal hal ini di akun media sosial mereka. "Om telolet om" pun menjadi bergema ke seluruh dunia. Bahkan Zakky BM menyebutkan bahwa 21 Desember 2016 ini layak dinobatkan menjadi Hartelnas, singkatan dari Hari Telolet Nasional. Waw!
Jujur saya pun menjadi bagian dari keramaian "Om Telolet Om" ini, Ketika kejadian "Om Telolet Om" ini sedang bergaung, saya kebetulan sedang berada di Jatinangor, Sumedang. Kebetulan sekali, saya sedang berada di daerah yang ramai dilalui oleh bus antar kota antar provinsi. Maka, ketika akan pulang, saya sempat mencoba berteriak-teriak ketika dalam perjalanan pulang ke rumah dari Jatinangor ke setiap bus yang saya salip "OM TELOLET OM!". Peduli amat saya dibilang gila.
Tapi entah kenapa kebahagiaan menyeruak ketika beberapa bus yang saya teriaki tersebut membalas teriakan saya dengan "TELOLET TELOLET!". Serius bro, entah kenapa aing begitu senang ketika ada balasan "telolet" dari bus yang saya teriaki tersebut. Kesenangan ini seperti kesenangan ketika cinta saya terbalas oleh si dia, meski memang kadang cinta itu banyak bentuknya tapi tak semua bisa bersatu kalau kata @tulusm mah. Jdasss!!!
Lalu pikiran saya pun melayang kepada anak-anak di Jepara yang berteriak "Om telolet om", sekaligus berjasa menjadi pelopor dari menyebarnya sebuah tren ke seantero dunia ini. Mungkin ini sepintas seperti tidak ada kerjaan, tapi hanya dengan mendengar balasan "TELOLET" dair bus yang mereka teriaki, mereka kerap meloncat-loncat kegirangan, diiringi tawa yang menghiasi wajah polos anak-anak tersebut. Mungkin inilah bentuk sederhana dari sebuah kebahagiaan, yang berusaha dipertontonkan oleh anak-anak tersebut.
Bicara tentang kebahagiaan yang sederhana, pikiran saya pun tiba-tiba melayang ke San Marino, sebuah negara kecil di Eropa yang kerap menjadi bulan-bulanan pada negara besar Eropa dalam laga kualifikasi Piala Dunia zona Eropa ataupun laga kualifikasi Piala Eropa. Jika anak-anak tersebut bahagia ketika mendengar suara "telolet", maka para pemain San Marino begitu bahagia ketika mereka bisa mencetak gol ke gawang lawan mereka, walau posisi mereka saat itu sedang kalah dari lawan.
**
Saya lupa kapan bulannya, tapi saya betul-betul ingat tentang bagaimana bahagianya San Marino ketika salah seorang pemainnya mampu mencetak gol ke gawang Norwegia. Saking bahagianya, mereka sampai merayakan gol tersebut dengan begitu meriah, seperti sebuah tim yang sudah memenangi laga final Piala Dunia ataupun Liga Champions Eropa.
Kalau menelisik bagaimana keadaan sepakbola di San Marino, saya kira itu adalah hal yang lumrah. Di San Marino, meski sudah ada liga yang berlangsung tiap pekan bernama Campionato Sammarinese di Calcio, liga ini tetap berada dalam level amatir jika dibandingkan liga-liga besar Eropa macam Bundesliga, Liga Primer, Serie A, ataupun La Liga. Maklum, para pemain yang bermain di klub-klub yang berlaga di San Marino adalah pekerja ketika hari-hari kerja (alasan kenapa pertandingan Liga San Marino kerap berjalan pada akhir pekan).
Itulah kenapa sampai saat ini, San Marino begitu sulit bersaing dengan negara-negara lain di Eropa. Liga mereka pun masih berada dalam level amatir (hal ini pernah menjadi bahan ejekan Thomas Mueller, sekaligus membuatnya dihina balik oleh para pemain dan semua pegiat sepakbola di San Marino) Tapi, di balik pembantaian dengan skor-skor besar yang kerap mereka terima, ada sebuah kebahagiaan kecil yang mereka pertontonkan. Kebahagiaan kecil yang muncul dari inferioritas mereka atas negara Eropa yang lain.
Salah satu kebahagiaan yang mereka tontonkan muncul saat mereka melawan Norwegia dalam ajang kualifikasi Piala Dunia zona Eropa. Dalam pertandingan tersebut sebenarnya San Marino menderita kekalahan. Tapi mereka terlihat begitu bahagia dan mengakhiri pertandingan dengan senyuman. Mengapa? Karena dalam pertandingan tersebut, San Marino mencetak gol!
Sebentar-sebentar, ah, saya ingat nama pemain yang dielu-elukan bak legenda karena mencetak gol ke gawang Norwegia tersebut, Ya, dia adalah Mattia Stefanelli. Orang inilah yang menjadi pembawa kebahagiaan ke tubuh San Marino berkat gol yang mereka cetak, seperti halnya anak-anak yang bahagia ketika mendengar suara balasan "Telolet" dari bus yang lewat ketika mereka berteriak "Om Telolet Om!"
***
Kedua kejadian tersebut berbeda waktu dan tempat, bahkan dialami oleh subyek-subyek yang berbeda, Tapi dari dua kejadian itu, kita seolah kembali diingatkan akan satu frasa yang kerap kita lupa akan keberadaannya. "Bahagia Itu Sederhana".
Anda tidak bisa menampik wajah-wajah kebahagiaan dari anak-anak di pinggir jalanan Jepara tersebut ketika mereka mendapatkan balasan "Telolet" dari bus yang lewat, walau sebagai balasannya mereka harus menunggu sepanjang sore untuk mendapatkan balasan suara "Telolet" tersebut. Di tempat lain, Anda juga tidak bisa menampik kebahagiaan para pemain San Marino ketika mencetak gol, walau banyak pihak yang menganggap itu berlebihan dan San Marino pun tidak meraih kemenangan meski mereka mencetak gol.
Dua kejadian itu merupakan cermin nyata dari frasa "Bahagia Itu Sederhana". Kadang kita lupa bahwa untuk berbahagia, kita hanya perlu melakukan hal kecil dan sederhana. Tak melulu hal-hal besar seperti harta berlimpah dan juga kemewahan menjadikan orang berbahagia, karena seperti yang sudah ditunjukkan oleh anak-anak dari Jepara dan pemain-pemain dari San Marino, bahagia itu sederhana.
So, keep smile guys lamun cek si Caesar YKS mah. Karena senyum adalah sesederhananya bentuk dari kebahagiaan itu sendiri.
"OM TELOLET OM!"
*by: Sandi "Sonay" Firdaus (@sandi1750)
No comments:
Post a Comment