05 March 2020

Tentang Lagu Tactics: Sepak Bola dan Perempuan Sama Saja!


Halo semua, kembali lagi dengan saya, Sandy Firdaus alias Sonay alias @sandi1750 (di Twitter) alias sandy_kribo (di Instagram). Fiuhh, akhirnya setelah sekian lama, saya kembali mengudara di Bendera Offside ini!

Pertama-tama, aing hampura pisan kepada bmzakky alias Bunyanum Marsus Zakky, karena baru sekarang saya berkesempatan mengisi lagi konten di Bendera Offside ini. Hampura Zek, euy, biasa kalo udah beristri ada aja kesibukan-kesibukan tambahan. Wkwkwk.

Semoga saja, Zakky segera menemukan tambatan hati. Tidak melulu nyo'o (main) Gundam dan menghabiskan gaji untuk membeli mainan dari Jepang tersebut. Sorry Zek, heureuy biasa we urang Sunda mah (biasa orang Sunda suka bercanda). Hahahaha.

Nah, terkhusus buat Zakky, ini saya ada sedikit saran soal bagaimana caranya menaklukkan perempuan. Tentu saja, ada kaitannya sama sepak bola karena blog ini isinya adalah tentang bal-balan yang ngaco. Sok Zek simak, sugan we beubeunangan (menghasilkan) nyak!

***

Pada suatu malam di Jakarta, saya sedang ngulik aplikasi YouTube di handphone. Selain menonton vlog-vlog orang yang kadang kontennya bagus atau tidak, entah kenapa saat itu saya ingin ngulik lagu Jejepangan. Fokusnya kepada soundtrack anime zaman baheula.

Setelah close open sana-sini, lalu swipe-swipe secara acak, akhirnya saya menemukan lagu unik. Lagu ini berjudul Tactics, dinyanyikan oleh The Yellow Monkey, band rock asal Jepang. Lagu ini jadi soundtrack ending pertama anime Samurai X.





Nah, bagi agan-agan yang penasaran sama lagunya, silakan dicek di tautan yang saya bagikan di bawah ini. Sok tah!



Gimana, enak ga lagunya? Buat kalian yang seumuran sama saya dan Zakky, lagu ini menghadirkan memori. Ya, setidaknya lewat lagu ini, memori tentang pertarungan Himura Kenshin (tokoh utama Samurai X) lawan Udo Jin-E, lawan berat pertama Kenshin, terhadirkan kembali.

Hahaha, nostalgia yah! Namun, lebih jauh, mari kita cek lirik dari lagu ini. Terkesan, lirik dari lagu ini memang jadi wujud dari judul dari lagu tersebut: Tactics. Bedanya, lagu ini fokus kepada taktik untuk menundukkan perempuan yang, menurut si pencipta lagu, sulit buat ditundukkan.

Dari mulai bait pertama hingga bait terakhir, semuanya mencerminkan bagaimana kebingungan si laki-laki dalam menaklukkan perempuan yang ia cintai. Laki-laki ini merasa bahwa ia seolah berada dalam cengkraman "taktik" si perempuan.

Gira tto shita kimi no me ni Doki tto shita hirusagari 
Shakki tto shita ore no karada marude tamesareteru you ni 
Tsun tto shita kimi to kuuki ni zoku tto shita koigokoro wa 
Zara tto shita suna wo kami sareru ga mama yoru ni naru

(terjemahannya, maaf kalau kurang akurat)

Awal sebuah siang yang membuatku berdebar-debar dengan matamu yang berkilauan
Tubuhku menajam seperti sedang diuji
Cinta yang gemetar ini dengan suasana bersamamu yang kasar
Aku dibuat menggigit pasir seperti itu sampai malam tiba

See? Dari situ terlihat jika si laki-laki benar-benar tenggelam dalam permainan taktik si perempuan. Semakin bingung lagi, manakala dalam bagian reff, si laki-laki mengungkapkan hal seperti ini.

Hageshiku Lady Ah Give me your love
Ayashiku Lady I need your love
Tama ni miseru samishige na me ga
Uso ka hontou ka wakaranai
Sunao ni Lady Ah Give me your love
Kanjite mite Lady I need your love
Kimi no shigusa ni furimawasarete
Muchuu no ai wa ore no naka de odoru

(terjemahannya)

Nona yang pemarah, ah berikan aku cintamu
Nona yang mencurigakan, aku membutuhkan cintamu
Senyuman lembut yang terkadang kau tunjukkan itu
Apakah itu sungguhan atau hanya kebohongan aku tidak tahu
Nona yang terus terang, ah berikan aku cintamu
Cobalah rasakan nona, aku membutuhkan cintamu
Kau mempermainkanku dengan tingkah lakumu
Cinta yang menjadi-jadi menari dalam diriku

Lalu, di bagian setelah reff, sang laki-laki sadar bahwa ia memang tengah dipermainkan. Untuk melawan balik, ia pun melancarkan taktik miliknya sendiri, yang pada akhirnya membuat dirinya mampu menundukkan sang perempuan.

Sara tto shita kami wo toki tsuya tto shita hada wo yose
Kotoba-asobi wo suru you ni kimi wa ore wo moteasobu

Kakehiki wa tsuyoi kimi no naka Ayamachi wa yowai ore no naka
Suki na dake tanoshimeba ii sa Otoko to onna wa eien sa"

(terjemahan)

Saat kau mendekatkan rambutmu yang halus dan kulitmu yang mulus
Kau mempermainkanku seperti bermain kata-kata

Taktik itu kuat dalam dirimu, kesalahan itu lemah dalam diriku
Sebaiknya nikmati sesuka hati, laki-laki dan perempuan itu selama-lamanya

Ya, ini memang pernah dialami sendiri oleh penulis. Pernah suatu masa, penulis mendekati seorang gadis (sebelum menikah ya, hampura euy pamajikan aenngg). Ketika itu, tampak sang gadis bermain taktik dengan penulis.

Biasanya, permainan taktik ini disebut "jinak burung dara" atau "jinak burung merpati". Tampak seperti mau, tapi tidak mau, atau malah sebaliknya, tampak tidak mau, tapi sebenarnya mau. Itu membingungkan loh, guys!

Nah, perkara taktik ini, itu juga terjadi di sepak bola. Antonio Conte adalah satu dari sekian banyak pelatih yang menganggap taktik adalah hal penting. Berlatar belakang Italia, negeri yang sepak bolanya memang terbiasa dengan taktik, hal itu jadi wajar adanya.

Namun, bagi Conte, taktik adalah sesuatu yang fleksibel. Ia bisa diutak-atik, diganti sesuai situasi lawan atau tim sendiri, serta diubah sesuai dengan kondisi yang ada. Ia terobsesi dengan taktik, tapi tidak mendewakan taktik.

Zen RS dalam sebuah tulisannya berjudul Antonio Conte dan Nonsense, menyebut bahwa dalam benak Conte, taktik adalah salah satu jalan untuk memenangi pertandingan. Namun, tak ada yang namanya taktik yang unggul.

Taktik akan saling mengalahkan, dan taktik lama pasti akan tergantikan oleh kehadiran taktik baru. Atau, taktik lama bisa unggul kembali dari taktik baru berkat modifikasi yang ada. Tak ada yang abadi. Kesetiaan pada taktik adalah nonsense.

Contoh lain yang juga bisa dilihat adalah Pep Guardiola. Ia memang mendewakan taktik, tapi, pada akhirnya ia mulai menyesuaikan diri. Pengalamannya dibekuk Jose Mourinho (2009/10) dan Chelsea (2011/12) jadi titik balik Guardiola.



Bukan cuma itu, pengalaman Guardiola melatih Bayern Muenchen dan Manchester City menjadikan pemahaman taktiknya makin luas. Ia memang masih setia dengan possession football, namun ia memodifikasinya sedemikian rupa.

Hal itu juga berlaku saat menaklukkan gadis. Taktik dalam menaklukkan gadis tidak bisa diseragamkan satu sama lain. Ketika menundukkan gadis, kita harus menyesuaikan diri dengan taktik yang diterapkan si gadis.

Contohnya, ketika sang gadis main pasif, maka kita tidak boleh pasif juga. Kita harus coba untuk aktif. Lalu, ketika sang gadis aktif, kita harus pasif. Intinya, sesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada, dan memang demikian taktik harusnya bekerja.

Itulah yang penulis pahami setelah ditolak oleh beberapa gadis, sebelum akhirnya menikah. Wkwkwk. Penulis sadar bahwa ada beberapa momen penulis salah taktik, sehingga gadis yang dikejar tak kunjung didapat.

Dalam sepak bola pun seperti itu. Ada kala sebuah tim kalah karena pelatih salah taktik. Guardiola pernah mengakui hal itu, tepatnya ketika Bayern Muenchen kalah dari Real Madrid di babak semifinal Liga Champions 2013/14.

Ketika itu, Guardiola mengakui ragu-ragu dalam menerapkan taktik, sehingga berbuah permainan buruk timnya. Madrid mencecar Bayern dengan serangan balik, karena keraguan Guardiola tersebut.

"Saya salah, bung. Ya, saya salah saat itu (dalam menerapkan taktik). Sebuah kekacauan dalam tim, benar-benar kacau. Itu adalah hari terburuk dalam karier saya sebagai pelatih," ujar Pep pada 2014 silam.

Intinya, urusan menaklukkan lawan dalam sepak bola serta urusan menaklukkan gadis, ya, itu sama-sama saja. Semua ada taktiknya, ada strateginya masing-masing. Semua tergantung cermat atau tidaknya kita dalam memantau situasi.

***

Di akhir tulisannya, Zen RS menyebut jika taktik itu fana, sementara kemenangan itu abadi. Itu adalah adagium yang tidak sepenuhnya salah. Orang tidak akan mengingat taktik, tapi mereka akan mengingat pemenang. Sejarah memang akan mencatat pemenang, bukan pihak yang kalah.

Begitu juga dalam mendekati gadis. Tentu, kalian akan lebih ingat gadis yang kalian taklukkan daripada gadis yang menolak kalian (kecuali ada cerita spesial di dalamnya, ciee). Gadis pun sama, ia akan mengingat siapa yang berhasil menaklukkan hatinya, bukan yang ia tolak mentah-mentah.

Ya, pada dasarnya, sepak bola dan perempuan sama saja, sih. Sama-sama membutuhkan taktik sebagai cara untuk memenanginya. Itulah yang berusaha diingatkan oleh The Yellow Monkeys dalam lagunya.

Taktik itu memang fana, tapi ia jadi cara yang mesti dipilih dengan cermat jika kalian ingin keluar sebagai pemenang. Ha! Camkan itu Zakky! 

No comments:

Post a Comment