Ehm. Sebetulnya saya ada kurang lebih dua tema yang akan diangkat
tentang review anime bal-balan yang sedang dan baru saja ditonton. Namun karena
ada satu dari sekian hal yang mengusik saya, maka tema tersebut sengaja
dikesampingakan dahulu saja lah.
Oh ya, kabarnya salah satu penulis blog Bendera-Offside ini,
siapa lagi kalau bukan Sandy Sonay Kribo tersebut lagi berbahagia katanya.
Namun sianying teh kalahkah acan wae nraktir sekaligus sebats-duabatsnya. Diantos,
bosque!
Yup mari saja dimulai tjurhats, eh pembahasannya...
Pada suatu masa, saya pernah membaca dan mencoba memahami
bagaimana luasnya pandangan seorang gelandang tengah dalam lapangan bal-balan. Katanya, seorang
gelandang dan pemain yang berposisi di tengah lapangan mempunyai kesempatan 360
derajat putaran tubuh dan kepalanyanya untuk mencari celah.
Jika pemain tengah mempunyai 360 derajat alias satu putaran
penuh, maka pemain yang berposisi di dekat garis tepi lapangan seperti
penyerang sayap ataupun bek sayap hanya mempunyai jarak pandang setengah
putaran saja alias 180 derajat.
Perbedaan antara yang berkesempatan dengan 360 derajat penuh
dan yang hanya 180 derajat tentu berbeda jauh. Pemain tengah dengan 360
derajatnya mempunyai banyak opsi mengoper di sekelilingnya.
Delapan arah mata angin ia bisa arahkan bola tersebut tanpa
harus terlalu khawatir diintersep musuh. Sedangkan yang hanya memiliki 180
derajat, tentu saja cuma memiliki 5 opsi arah mata angin. Tak percaya coba lihat gambar di bawah ini.
Gambar kiri; CMF kuning dengan 360 derajat opsi & gambar kanan Winger kuning dengan 180 derajat opsi. |
Gambar kiri, bola yang dikuasai oleh pemain tengah (tim
kuning) setidaknya memiliki empat opsi mengoper pada arah 3, 5 dan 8 dengan
kemungkinan intersep yang kecil meski dalam posisi di-pressing.
Sedangkan untuk gambar kanan, pemain tersebut praktis hanya
mempunyai opsi umpan menuju arah nomer 4 saja karena area lainnya memungkinkan
untuk diintersep oleh tim lawan (biru).
Bicara soal intersep, berarti bicara konsekuensi saat bola
tersebut sudah dikirimkan dari pemain yang terdesak dan akhirnya dipotong oleh
lawan. Ini pokok bahasannya. Tak hanya melulu intersep dalam sepakbola, namun
juga *ahem* dalam kehidupan sehari-hari.
Saya sendiri, jika berkesempatan bermain futsal ataupun
sepakbola, kerapkali bermain di sisi sayap; entah winger kiri/kanan ataupun
full-back kiri/kanan. Tak percaya, tanya saja si Sonay yang beberapa kali
bermain di satu lapangan…
Saya sadar betul perihal terbatasnya opsi umpan hasil
pandangan 180 derajat ini. Juga dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam
peluang bekerja serta relasi asmara misalnya, terbatasnya opsi ini juga seakan
mengikuti kemana pun berpijak.
(sekalian setel audionya dulu bosque, biar sjahdoe)
Pekan lalu, nyaris dua opsi terakhir dari empat pilihan tertutup
dan diintersep oleh lawan. Meski satu diantaranya masih bisa dibuat celahnya,
namun secara teoritis, sang penyerang sayap ternyata tak punya pilihan lain
ketika opsinya ditutup, umpannya diintersep berkat hasil pressing yang begitu
ketat.
Kelambanan berpikir dalam menentukan pilihan juga disinyalir
menjadi hambatan untuk berprogresi ke depan. Terlambat sedikit saja, bukan tak
mungkin opsi akan tertutup. Namun terlalu cepat juga mengakibatkan opsi-opsi
tersebut belum sempat membuka ruang oper untuk sang winger pendribel bola
tersebut.
Memang sih, tak ada salahnya memiliki banyak opsi meski pada
akhirnya menjadi tak fokus karena tekanan datang dari sana-sini. Jika saja
lebih fokus, mungkin operan asmara eh operan bola tersebut bisa mencapai target
yang dituju. Caranya banyak; bisa one-on-one duel dengan melakukan take-ons ataupun dengan melakukan dribel cepat khas pemain sayap.
Saat duel one-on-one, jika kemampuan dan spek lawan memang
lebih tangguh (dan terlihat oke), kita bisa saja kalah sampai akhirnya bola
tersebut terambil ataupun terintersep. Pada akhirnya sih, ya tidak jauh-jauh
bahwa percaya diri dan kerja keras pun berlaku dalam permengbalan dan juga
perasmaraan.
Begitulah kiranya sedikit tjurhat berbalut taktik bal-balan
dari saya. Sebetulnya pengen sih disambungkan dengan aspek permengbalan yang
lain seperti tulisan Sandy Sonay yang berjudul Bawa Perasaan Boleh, Tapi Logika Jangan Sampai Hilang dan Boxing Day, Saat yang Tepat untuk Meninggalkan dan Bersedih tersebut.
Luar biasa memang beliau dalam membikin sesuatu curhat jadi nyambung dengan hal
yang lain terutama dengan bal-balan. Mungkin saya harus banyak berguru pada pewarta kribo itu
dalam masalah penulisan dan perasmaraan.
Pada akhirnya, saya sendiri menyadari keterbatasan sekaligus
ke-gblg-an dalam diri ini. Entah harus bergeser dari zona nyaman di pemain
sayap menuju pemain tengah agar memiliki lebih banyak opsi dan relasi, ataupun
meningkatkan kemampuan di sektor sayap dengan fokus agar mampu berprogresi layaknya Lord A7ep dengan dribel ciamiknyanya di tepi lapangan.
Tampaknya, semuanya adalah pilihan hidup. Pun jika ada
pilihan untuk tidak memilih apapun, mungkin saja itu yang akan dipilih.
Ah ribet lah pokonamah.
Sampai jumpa lagi di tulisan berikutnya. Insya
Allah tentang pembahasan trilogi anime Area no Kishi. Jangan sampai
ketinggalan, bosque!
Suka bertaruh judi bola ? sekarang sudah praktis
ReplyDeletebisa bermain kapan saja dan dimana saja
kami tunggu kedatangan anda di BOLAVITA
Info Lebih Lanjut Bisa Hub kami Di :
whatup : 08122222995