31 August 2017

Mencoba Memahami Intersep dari Sudut Pandang Lelaki dan Pemain Sayap


Ehm. Sebetulnya saya ada kurang lebih dua tema yang akan diangkat tentang review anime bal-balan yang sedang dan baru saja ditonton. Namun karena ada satu dari sekian hal yang mengusik saya, maka tema tersebut sengaja dikesampingakan dahulu saja lah.

Oh ya, kabarnya salah satu penulis blog Bendera-Offside ini, siapa lagi kalau bukan Sandy Sonay Kribo tersebut lagi berbahagia katanya. Namun sianying teh kalahkah acan wae nraktir sekaligus sebats-duabatsnya. Diantos, bosque!

Yup mari saja dimulai tjurhats, eh pembahasannya...

Pada suatu masa, saya pernah membaca dan mencoba memahami bagaimana luasnya pandangan seorang gelandang tengah dalam lapangan bal-balan. Katanya, seorang gelandang dan pemain yang berposisi di tengah lapangan mempunyai kesempatan 360 derajat putaran tubuh dan kepalanyanya untuk mencari celah.

Jika pemain tengah mempunyai 360 derajat alias satu putaran penuh, maka pemain yang berposisi di dekat garis tepi lapangan seperti penyerang sayap ataupun bek sayap hanya mempunyai jarak pandang setengah putaran saja alias 180 derajat.





Perbedaan antara yang berkesempatan dengan 360 derajat penuh dan yang hanya 180 derajat tentu berbeda jauh. Pemain tengah dengan 360 derajatnya mempunyai banyak opsi mengoper di sekelilingnya.

Delapan arah mata angin ia bisa arahkan bola tersebut tanpa harus terlalu khawatir diintersep musuh. Sedangkan yang hanya memiliki 180 derajat, tentu saja cuma memiliki 5 opsi arah mata angin.  Tak percaya coba lihat gambar di bawah ini.

Gambar kiri; CMF kuning dengan 360 derajat opsi & gambar kanan Winger kuning dengan 180 derajat opsi.
Gambar kiri, bola yang dikuasai oleh pemain tengah (tim kuning) setidaknya memiliki empat opsi mengoper pada arah 3, 5 dan 8 dengan kemungkinan intersep yang kecil meski dalam posisi di-pressing.

Sedangkan untuk gambar kanan, pemain tersebut praktis hanya mempunyai opsi umpan menuju arah nomer 4 saja karena area lainnya memungkinkan untuk diintersep oleh tim lawan (biru).

Bicara soal intersep, berarti bicara konsekuensi saat bola tersebut sudah dikirimkan dari pemain yang terdesak dan akhirnya dipotong oleh lawan. Ini pokok bahasannya. Tak hanya melulu intersep dalam sepakbola, namun juga *ahem* dalam kehidupan sehari-hari.

Saya sendiri, jika berkesempatan bermain futsal ataupun sepakbola, kerapkali bermain di sisi sayap; entah winger kiri/kanan ataupun full-back kiri/kanan. Tak percaya, tanya saja si Sonay yang beberapa kali bermain di satu lapangan…

Saya sadar betul perihal terbatasnya opsi umpan hasil pandangan 180 derajat ini. Juga dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam peluang bekerja serta relasi asmara misalnya, terbatasnya opsi ini juga seakan mengikuti kemana pun berpijak.

(sekalian setel audionya dulu bosque, biar sjahdoe)

Pekan lalu, nyaris dua opsi terakhir dari empat pilihan tertutup dan diintersep oleh lawan. Meski satu diantaranya masih bisa dibuat celahnya, namun secara teoritis, sang penyerang sayap ternyata tak punya pilihan lain ketika opsinya ditutup, umpannya diintersep berkat hasil pressing yang begitu ketat.

Kelambanan berpikir dalam menentukan pilihan juga disinyalir menjadi hambatan untuk berprogresi ke depan. Terlambat sedikit saja, bukan tak mungkin opsi akan tertutup. Namun terlalu cepat juga mengakibatkan opsi-opsi tersebut belum sempat membuka ruang oper untuk sang winger pendribel bola tersebut.

Memang sih, tak ada salahnya memiliki banyak opsi meski pada akhirnya menjadi tak fokus karena tekanan datang dari sana-sini. Jika saja lebih fokus, mungkin operan asmara eh operan bola tersebut bisa mencapai target yang dituju. Caranya banyak; bisa one-on-one duel dengan melakukan take-ons ataupun dengan melakukan dribel cepat khas pemain sayap.

Saat duel one-on-one, jika kemampuan dan spek lawan memang lebih tangguh (dan terlihat oke), kita bisa saja kalah sampai akhirnya bola tersebut terambil ataupun terintersep. Pada akhirnya sih, ya tidak jauh-jauh bahwa percaya diri dan kerja keras pun berlaku dalam permengbalan dan juga perasmaraan.

Begitulah kiranya sedikit tjurhat berbalut taktik bal-balan dari saya. Sebetulnya pengen sih disambungkan dengan aspek permengbalan yang lain seperti tulisan Sandy Sonay yang berjudul Bawa Perasaan Boleh, Tapi Logika Jangan Sampai Hilang dan Boxing Day, Saat yang Tepat untuk Meninggalkan dan Bersedih tersebut. 

Luar biasa memang beliau dalam membikin sesuatu curhat jadi nyambung dengan hal yang lain terutama dengan bal-balan. Mungkin saya harus banyak berguru pada pewarta kribo itu dalam masalah penulisan dan perasmaraan.

Pada akhirnya, saya sendiri menyadari keterbatasan sekaligus ke-gblg-an dalam diri ini. Entah harus bergeser dari zona nyaman di pemain sayap menuju pemain tengah agar memiliki lebih banyak opsi dan relasi, ataupun meningkatkan kemampuan di sektor sayap dengan fokus agar mampu berprogresi layaknya Lord A7ep dengan dribel ciamiknyanya di tepi lapangan.

Tampaknya, semuanya adalah pilihan hidup. Pun jika ada pilihan untuk tidak memilih apapun, mungkin saja itu yang akan dipilih.

Ah ribet lah pokonamah. 

Sampai jumpa lagi di tulisan berikutnya. Insya Allah tentang pembahasan trilogi anime Area no Kishi. Jangan sampai ketinggalan, bosque!


1 comment:

  1. Suka bertaruh judi bola ? sekarang sudah praktis
    bisa bermain kapan saja dan dimana saja
    kami tunggu kedatangan anda di BOLAVITA

    Info Lebih Lanjut Bisa Hub kami Di :
    whatup : 08122222995

    ReplyDelete