12 July 2017

Bawa Perasaan Boleh, Tapi Logika Jangan Sampai Hilang



Assalamu'alaikum wargi sadaya. Alhamdulillah setelah lama tidak menulis akhirnya saya dapat kembali mengisi blog hamblah-hamblah yang saya bangun bersama Zakky BM ini. Hmm, melihat postingan terakhir saya dalam tulisan ini, kalau tidak salah terakhir saya nulis itu soal Boxing Day, berarti sudah hampir tujuh bulan lalu. Wadaw! Hampura Zek euy biasa banyak kesibukan yang membuat ku baru bisa menulis sekarang di blog kesayangan kita ini. Hahahaha

Maka, setelah menyempatkan waktu barang se-jam dua jam setelah kesibukan wara-wiri di kantor, saya akan mempersembahkan salah satu karya saya lagi di blog ini. Selamat menyaksikan! Enk Ink Enk!

***

Kala itu hari Minggu, kalau tidak salah tanggalnya adalah tanggal 3 Juli 2017 (eh, iya gitu? Salah. Tanggal 2 Juli ketang), sepasang laki-laki dan perempuan sedang bercengkrama di sebuah daerah di bilangan Bandung Indah Plaza, Bandung. Rencananya sepasang muda-mudi yang usianya tidak beda jauh ini akan menonton sebuah film berjudul Spiderman: Homecoming. Setelah menonton, tiket yang mereka pakai akan mereka gunakan untuk promo Buy 1 Get 1 di sebuah warung makan di daerah Sultan Agung, Bandung. Raut kebahagiaan tampak di wajah keduanya (ah teuing nu awewe mah. Boa senyum palsu jigana).

Sembari menunggu, sepasang laki-laki dan perempuan ini (lain kekasih da, kalem we), saling mengobrol membicarakan apapun yang bisa mereka bicarakan, mulai dari kehidupan masa SMA, kuliah, sampai membicarakan hal yang keduanya geluti bersama dalam pekerjaan mereka sehari-hari: sepak bola. Yang jadi bahan pembicaraan adalah Persib, klub asal kota Bandung yang terkenal dengan bobotohnya yang fanatik dan sejarahnya yang panjang membentang sejak zaman penjajahan Belanda dahulu sampai sekarang.




Setelah nonton dan makan, rencananya sejoli ini (lain kekasih da, aslinaa!) akan langsung menonton Persib, karena kebetulan saat itu Persib akan bertanding di kandang salah satu tim kuat Indonesia, Madura United. Niat awalnya, rencana makan mereka akan berbarengan dengan rencana nonton bareng. Itu bisa terjadi jika tempat makan yang akan mereka datangi nanti menyediakan acara nonton bareng Madura United melawan Persib.

Karena asyiknya mereka mengobrol, melempar ejekan, dan saling bercanda satu sama lain, pada akhirnya tak terasa waktu menonton Spiderman: Homecoming pun tiba. Keduanya beranjak memasuki sebuah bioskop yang berada di wilayah BEC, Purnawarman, untuk menukarkan tiket yang mereka miliki menjadi kesempatan menonton sebuah film yang ternyata cukup banyak digandrungi oleh orang-orang. Tak terasa, sesi nonton pun selesai. Ternyata waktu menonton menghabiskan cukup banyak waktu mereka hari itu. Pukul 19.00. Secara hitungan menit, mereka sudah tertinggal setengah jam dari waktu pertandingan Madura United lawan Persib.

Kedua sejoli ini pun tak ambil pusing. Pada akhirnya mereka tetap beranjak ke warung makan yang menyediakan promo Buy 1 Get 1 tersebut, untuk melanjutkan obrolan mereka yang sempat tertunda karena film tersebut. Canda tawa, walau tidak terlalu meriah, menghiasi kembali obrolan antara laki-laki dan perempuan ini. Sembari makan, mereka tak henti membicarakan Tante May, bibi dari Peter Parker, yang ternyata digambarkan masih muda dan seksi dalam film Spiderman: Homecoming tersebut.

Tak terasa waktu pun berlalu cepat, lagi. Jam sembilan malam menandai akhir dari obrolan mereka di warung makan tersebut. Sang laki-laki, dengan tanggung jawab yang besar, mengantarkan perempuan itu pulang ke rumahnya yang lokasinya berada tidak jauh dari Stadion Gelora Bandung Lautan Api. Sang perempuan, tentu dengan senang hati menerima tumpangan tersebut, Siapa mau jalan sendirian malam-malam? Kecuali kalau dia memang perempuan tangguh dan pemberani (feeling penulis, perempuan ini memang pemberani).

Di tempat lain, pertandingan antara Madura United lawan Persib pun selesai. Skor akhir 3-1 untuk kemenangan Madura United, dan Persib kembali terjerembab di papan tengah klasemen, gagal merangsek naik ke papan atas. Madura United tetap mempertahankan hegemoni mereka di papan atas klasemen sementara Liga 1 2017. Dengan berakhirnya pertandingan antara Madura United dan Persib, berakhir pula petualangan sang laki-laki dan perempuan pada hari itu. Rencana pertemuan selanjutnya pun direncanakan, dengan Kue Balok Kang Ade menjadi tujuan selanjutnya. Sang laki-laki mengucapkan selamat tinggal dan selamat tidur, dan sang perempuan tiba di rumahnya dengan selamat.

Namun, sang lelaki tidak tahu, bahwa hal besar dan menguras hati menantinya sepulangnya ia ke kantor, lalu ke rumahnya yang terletak di wilayah Cicaheum, Bandung.

***

Semalaman sang lelaki tak bisa tidur. Selain karena adanya kontroversi soal wasit yang menghiasi pertandingan antara Madura United melawan Persib, yang mengakibatkan dua gol dari Michael Essien dan Raphael Maitimo dianulir, sang lelaki belum menerima satu pun kabar atau pun ucapan terima kasih dari sang perempuan atas hari Minggu yang mereka habiskan berdua. Hal sekecil ini saja, ternyata dapat membuat lelaki yang perasa dan juga baperan ini rungsing (baca: pusing) tak terkira.

Selain itu, ia juga merasa sang perempuan jadi aneh. Alih-alih menjadi semakin dekat, ternyata hubungan mereka malah sedikit merenggang. Saling kirim pesan tak sehangat biasanya. Komentar di media sosial pun menjadi jarang. Sebenarnya hal ini biasa-biasa saja, sungguh, Tapi di pikiran lelaki perasa dan baperan tersebut, hal sekecil ini seolah menjadi begitu besar, sebesar masalah kemiskinan dan kedamaian yang sedang melanda wilayah Asia Barat dan Asia Selatan.

Sialnya, masalah menjadi semakin meruncing tatkala si lelaki, yang punya kemampuan kepo-ing yang cukup baik dan mumpuni ini melihat bahwa sang perempuan malah memajang potret dirinya dengan lelaki lain di sebuah ruang chatting online. Si perempuan bahkan menambahkan tulisan-tulisan mesra bagi sang lelaki, seolah menunjukkan bahwa lelaki tersebut adalah belahan jiwanya.

Sekali lagi. Sekali lagi ditekankan bahwa hal-hal di atas itu lumrah adanya. Tak ada yang salah dengan hal tersebut, karena pada dasarnya wajar saja sang perempuan memilih lelaki lain. Wong lelaki yang mengajaknya nonton dan makan itu pun lelaki yang baru ia kenal kemarin sore. Lelaki yang sebenarnya bukan siapa-siapa baginya, melainkan hanya seorang teman yang bergelut dalam satu bidang pekerjaan yang sama.

Tapi, hal ini dipikirkan begitu berlebihan oleh sang lelaki. Ia bahkan sampai kesusahan dalam menulis, sulit untuk liputan karena hal sepele seperti ini tiba-tiba ia pikirkan sedemikian rupa, sampai ke tetek-bengek terkecil.

***

Di sisi lain, Persib juga ternyata mengalami hal yang sama. Memang mereka menjadi korban kelicikan wasit dalam laga melawan Madura United, malah mereka akan melakukan protes ke PSSI atas kepemimpinan wasit yang mereka nilai tidak baik ini. Tapi, sama seperti lelaki tadi, Persib sebenarnya tidak usah baper-baper amat atas kejadian tersebut.

Djanur berkomentar bahwa serahkan kepada masyarakat soal menilai kepemimpinan wasit dalam laga Minggu, 2 Juli 2017 malam itu. Kapten Persib, Atep menyebut bahwa karena kepemimpinan yang buruk tersebut, hal itu berpengaruh kepada mental pemain. Mereka membawa perasaan mereka atas kontroversi wasit ini, sehingga hal itu memengaruhi mental mereka ketika bertanding, menghasilkan kekalahan bagi Persib dengan skor yang cukup mencolok.

Sungguh, kejadian wasit dalam sebuah pertandingan tidak usah dibawa ke hati, Tak usah membawa perasaan atas sebuah kontroversi yang dilakukan wasit, karena hal itu justru akan memengaruhi permainan sebuah tim. Termasuk di Indonesia, negara seribu pulau ini, kontroversi wasit adalah hal yang lazim terjadi dalam sebuah pertandingan, dalam level dan tingkatan pertandingan yang berbeda-beda, baik itu level Liga 3 bahkan Liga 1 sekalipun.

Seperti yang diungkapkan pelatih Madura United, Gomes de Oliviera, sebenarnya menyalahkan wasit adalah sesuatu yang sebenarnya tak perlu dilakukan. Lebih baik berkaca kepada penampilan tim sendiri dulu, memperbaikinya, baru bicara hal-hal lain, wasit misalnya. Itu pun tidak perlu dalam porsi berlebihan. Ingat, wasit pada dasarnya adalah manusia juga. Wasit bisa berbuat salah, dan jika kesalahan itu terjadi, ada tanggung jawab dari pihak lain untuk memperbaikinya. Federasi misalnya.

Persib terlalu menyalahkan wasit. Bobotoh menyalahkan kepemimpinan wasit yang mereka nilai tidak adil. Perasaan boleh mereka bawa, tapi jangan sampai logika mengaburkan pandangan kita akan sebuah peristiwa. Persib kalah dalam pertandingan itu, memang karena mereka tampil buruk. Mereka bisa menyerang, tapi tak bisa mencetak gol. Giliran diserang, mereka justru kelabakan karena banyak ruang yang bisa dieksploitasi lawan hingga akhirnya berujung tiga gol.

Hal-hal ini luput dari pandangan karena perasaan kesal yang mereka bawa kepada wasit, sosok yang kerap menjadi ladang kesalahan dalam sebuah pertandingan sepak bola. Jika membiarkan logika mereka masuk, tentu saja jeleknya permainan sendiri bisa mereka lihat, dan menjadi bahan evaluasi tersendiri. Pun dengan bobotoh, jika mereka membiarkan sedikit dari logika mereka bekerja, mungkin akan tampak bahwa sebenarnya permainan Persib pun jelek sehingga mereka kalah dari Madura United.

Tapi yah, rasa memang sesuatu yang harus hadir di diri para suporter, dengan porsi yang lebih banyak dari logika, terutama ketika mendukung tim kesayangan. Seperti halnya perasaan cinta si lelaki yang entah kapan tiba-tiba muncul di hatinya untuk si perempuan tersebut, yang membuatnya menjadi gila ketika melewati malam-malam dingin di kota Bandung, sendirian.

***

Sekarang sang lelaki sedang menghabiskan malam-malamnya bersama dengan teman-temannya di kantornya yang berlokasi di wilayah Antapani. Perasaannya yang terguncang itu coba ia hilangkan dengan bermain PlayStation bersama kawan-kawannya, mengganti kebiasaan mendengarkan lagu Radiohead yang berjudul Creep, serta dikencangkan ketika bagian Thom Yorke menyanyikan she's running out again, she runs, runs, runs, ruuns, yang sudah ia lakukan sekira 20 kali, terhitung sejak malam ketika situasi antara dirinya dan sang perempuan mulai berubah. Sekira dua malam kalau tidak salah. Ia juga sudah menerima wejangan dari kawannya, yang menyebut bahwa, "Sudah, jangan terlalu banyak perasaan. Kedepankan logika sekali-kali. Ga baik buat tubuhmu," begitu katanya.

Hal yang sama pun bisa dilakukan Persib. Daripada berkutat dengan hal-hal emosional, ada baiknya mereka memperbaiki penampilan untuk pertandingan-pertandingan selanjutnya. Dalam sebuah kompetisi berformat liga, kekalahan terkadang malah menjadi sesuatu yang dibutuhkan untuk membuka borok-borok tim, sehingga menjadi bahan evaluasi agar hal yang sama tak terjadi di pertandingan selanjutnya. Konsistensi pun diperlukan, tapi improvement jauh lebih penting karena liga adalah kompetisi yang panjang dan menuntut improvisasi dari laga ke laga.

Intinya, baper (singkatan dari bawa perasaan) lumrah dilakukan, tapi jangan sampai hal itu mengaburkan logika kita, jika memang Anda tidak ingin terluka berlebihan dan tidak bisa melihat sesuatu secara jernih, seperti orang yang menulis tulisan ini.

by: Sandy Sonay (@sandi1750)

1 comment:

  1. Nikmati Kemudahan DEPOSIT PULSA di Donaco Poker...
    Proses Cepat dan Mudah..

    Mainkan Permainan Dengan Kemenangan Tinggi menggunakan 1 user ID di Donaco Poker...
    * POKER
    * DOMINO
    * BANDAR CEME
    * CAPSA SUSUN
    * CEME KELILING
    * SUPER TEN
    * OMAHA

    Hubungi Kami Secepatnya Di :
    LINE : Donaco.poker
    WHATSAPP : +6281333555662

    ReplyDelete