23 December 2022

Piala Dunia: Sentimen, Kenangan, Penyesalan Diri Sendiri Serta Momen Keabadian Messi


Lagi-lagi setelah absen selama dua tahun lebih, hasrat ingin menulis datang lagi. Tentu saja Piala Dunia 2022 di Qatar jadi pemantiknya, apalagi Lionel Messi baru saja dinobatkan jadi juara dunia. Andai saja bukan Messi yang juara, mungkin saya sumeh untuk nulis iseng lagi.

Ah sebelum lebih lanjut, saya mau menyapa owner lainnya dari blog ini, saudara Sandy Sonay. 

Kumaha kabar Nay? Jakarta aman? Sing penting mah sararehat bagja nya bro. Waas pisan euy ngopi di Gegerkalong deui.

***

Oke kita mulai. Gausah berat dan formal lah ya. Ieu mah sekadar merayakan comeback menulis dan merayakan Messi.

Berbicara tentang Piala Dunia, banyak yang mesti dibahas dan dicurhatkan. Tahun 2018 silam nyaris gak punya memori apapun setelah di edisi 2014 masih perih berkat gol Mario Gotze di final antara Jerman vs Argentina saat itu. Ekspektasi di 2018 memang nyaris biasa saja apalagi kawan nobar dan main sudah sibuk bekerja dan sebagian besar beralih ke luar Bandung.

Tarik mundur ke 2014, Piala Dunia musim panas di Brazil saat itu jadi acuan. Aing pribadi masih dalam proses penulisan skripsi di akhir 2013 ke awal 2014. Keinginan besar saat itu untuk menyelesaikan skripsi dan wisuda adalah tak ingin terlilit SPP semesteran dan juga ingin menonton Piala Dunia tanpa harus silang sengkarut dengan bimbingan dan penulisan skripsi.

Janji ini dijalani getol oleh saya sendiri dan juga Adnan, rekan sekelas, rekan tertawa, rekan nongkrong, rekan sesama penggila bola. Meski beda pembimbing, tapi akhirnya kami sukses daftar sidang bersama, hingga wisuda bersama. Di kala orang lain sibuk mencari WPW alias Wanita Pendamping Wisuda, kami berdua gak peduli-peduli amat dengan WPW dan lebih fokus bersiap untuk menyambut pesta akbar sepakbola empat tahunan tersebut.

Singkat cerita, Spanyol dan Argentina jadi pegangan pribadi karena banyak pemain El Barça dan juga Messi. Saat La Furia Roja tersungkur di fase grup, Argentina melenggang ke partai final. Harapan untuk melihat Messi angkat trofi paling prestis se-Dunia muncul dan peluang ini jelas tak bisa dilewatkan begitu saja.

Jika diingat-ingat, saat itu pas bertepatan dengan bulan Ramadhan, sepak mula dimulai dini hari jelang waktu sahur. Riuh rendah balai kota Pemkot Bandung jadi saksi saya lunglai dengan gol Gotze di perpanjangan waktu. Untuk sekedar makan sahur pun waktu itu memaksakan diri karena puasa wajib di esok hari.

Sebetulnya, ya bagaimana ya, dengan segala rekor gilanya di level klub yang tidak usah disebutkan lagi, Messi layak merengkuh trofi Piala Dunia 2014 saat itu. Tahun 2014 juga jadi salah satu dari sedikit penyesalan saya saat melanjutkan sekolah. Dalam hati kecil (dulu), mungkin ada baiknya mengulang ke momen final, Messi bisa juara dunia, dan saya bisa memutuskan masa depan dengan jauh lebih bijak.

Oke, kini waktunya timeskip ke 2022…

***

Up and Down Lionel Messi di kancah Internasional

Euforia juara Copa America dan Finalissima dari Argentina membuat ekspektasi membuncah. Messi kini jauh dikelilingi dengan pemain yang mau jungkir balik dan berperang untuknya. Phillip Lahm, eks andalan Jerman saat juara dunia 2014 menyebut, “Argentina is my favourite for this FIFA World Cup. In 2014 his teammates seemed to be waiting for Lionel Messi to solve everything on his own against us - in 2022 they play for him," di artikelnya.

Prediksi Lahm tepat. Timnas Argentina dibawah komando Messi bermain seperti prajurit sparta bertato yang siap mati untuk Messi dan negaranya di lapangan. Darah muda Julian Alvarez dan Enzo Fernandez yang tak henti mengejar bola dan menekan lawan, Emi Martinez, Rodrigo de Paul dan Leandro Paredes yang ahli dalam provokasi lawan serta pengalaman para senior seperti Nicolas Otamendi dan Angel di Maria menjadi resep mujarab Albiceleste kali ini.

Keinginan banyak pemirsa dan juga media yang mengharapkan Messi vs Cristiano di final memang tak terjadi. Kedua berbeda nasib dan Messi melangkah jauh menahbiskan diri sebagai salah satu yang abadi di sepakbola. Final antara Messi versus Prancis-nya Kylian Mbappe yang juga juara bertahan pun disebut sebagai salah satu final terbaik sepanjang masa bagi penonton netral dan bikin meriang bagi pendukung salah satunya.

Penantian banyak fans sejak 2014 yang terbayar di tahun 2022 ini adalah jalan panjang yang tak mudah. Caci maki drama undur diri pensiun timnas dari Messi jadi cemoohan massa selama bertahun-tahun. Satu hal yang pasti, jika mengambil ikhtibar dari perjalanan Messi di kancah dunia adalah; hidup tak selalu mulus dan percayalah, dengan kerja keras pasti ada kesempatan kedua untuk mewujudkan semuanya.

Buat aing pribadi, Piala Dunia 2022 ini memang fokus dengan perjalanan Messi. Memang sesekali menonton bocil Gavi-Pedri di Spanyol namun mereka belum matang untuk itu semua.

Dari total 64 laga yang disiarkan oleh layanan streaming berbayar, saya pribadi hanya menonton sepertiganya saja, dipikir-pikir rugi memang karena berlangganan penuh namun tak menonton hampir semuanya. Toh, memang lelah juga terus menerus nonton bola. Setidaknya, bisa menyaksikan penampilan upacara pembuka yang diramaikan oleh Jung Kook BTS dan penampilan final penutup angkat trofi oleh Messi menjadi hal yang luar biasa di tahun ini.

Keinginan-keinginan masa lalu untuk memutar waktu memang tak akan pernah terwujud dan tak pernah ada pilihan untuk itu di masa depan. Penyesalan pribadi soal pilihan melanjutkan sekolah di 2014 silam mungkin akan sedikit demi sedikit akan terjawab hikmahnya seperti akhirnya Messi yang sukses angkat trofi dengan cara yang luar biasa di tahun 2022 ini.

Toh dipikir-pikir saya dan kita semua memang tak bisa serakah. Tahun 2014 silam, punya kesempatan untuk bergembira karena Persib juara Liga Indonesia setelah berpuasa 19 tahun lamanya. Kini saatnya untuk merayakan yang lain dan waktunya tepat untuk menjadikan Messi abadi dalam status G.O.A.T alias Greatest of All Time di dunia sepakbola dan olahraga.

***

Ya segitu dulu lah dari aing @bmzakky, lumayan udah 900-an kata nulis setengah jam kali ini. Adios permios sampai jumpa di tulisan berikutnya yang kemungkinan review anime sepakbola! Ciao!